Kamis, 15 Januari 2009

KINCIR ISMUN”, APA SIH?


Banyak yang belum tahu apa itu yang disebut “Kincir Ismun”. Karena itu dengan tulisan ini akan saya terangkan asal usul, kelebihan dan manfaatnya. Tidak untuk membanggakan diri, tetapi hanya sebagai contoh, bagaimana proses sebuah cita-cita setinggi bintang di langit dapat diraih seorang anak desa jauh di pedalaman Kalimantan Barat yang Sekolah Rakyatnya hanya ada sampai kelas 3 dan Gurunya hanya 1 orang, bernama Pak Syafei.

Desaku namanya Tanjung Pura, Kabupaten Ketapang. Bekas sebuah kerajaan yang tertulis dalam Sumpah Palapa, Maha Patih Gadjah Mada. Karena itu dipakai sebagai nama Kodam Tanjungpura di Kalimantan dan Universitas Negeri Tanjung Pura di Pontianak. Ceritanya panjang, mungkin bisa diuraikan lain kesempatan, kalau ada yang berminat.

Bila musim penghujan, jalan kampung tenggelam sampai 3 bulan. Tetapi rumah kami tinggi 2 meter, jadi tidak masalah. Maka kebiasaanku, belum sekolah, akhir tahun 1940-an, meminta selongsong benang pada Ibu. Tiga lembar serutan bambu kuikatkan dengan karet alam karena karet gelang belum ada. Kupasang poros, maka jadilah ia sebuah kincir air dipasang disamping tangga rumah, mainan Si Anak Kecil. Bukan main senangnya.

Setalah memperoleh Insinyur Mesin dari FT.UGM, menjadi Dosen di Yogyakarta, bersama Mahasiswaku, tahun 1984 kincir tersebut dibuat lagi, diameter 1 m, lebar 1 m, dicoba di Saluran Irigasi Selokan Mataram. Berhasil menyalakan listrik menggunakan dinamo bekas mobil.

Tahun 1996, dibuat di Yogyakarta ukuran besar, diameter 5 m, lebar 2 m, diuji coba di Sungai Pawan, Ketapang Kalimantan Barat. Gagal total. Penyebabnya lembaran sudu kincir depan, luas 2 x 2 meter, saat mau tenggelam menekan air ke bawah dan lembaran belakang yang akan timbul mengangkat air ke atas. Akibatnya putaran poros berhenti setiap saat. Generator yang terpasang tidak mengeluarkan listrik.

Dua tahun berdoa kepada Allah SWT, melihat gerakan kaca nako jendela rumah, maka muncullah ide membuat lembaran sudu kincir kecil-kecil, dipasang pada engsel, sehingga dapat bergerak. Saat sudu depan mau tenggelam membuka, air lewat celah antara. Sudu belakang yang mau timbul juga membuka, sehingga hambatan nol. Kincir berputar kontinyu. Energi listrik yang dihasilkan sama dengan luas bidang kincir tercelup x berat jenis air x pangkat 3 kecepatan arus x efisiensi kincir.

Karena belum ada di dunia, tahun 1999 kumintakan Hak Paten pada Dirjen HAKI, dengan Nomor Paten: ID 0 007 984. Namnya “Kincir Roda Air Sudu Bergerak” atau “Kincir Ismun”.

Jadi juara 3 dalam Ristek Medco Energi Award pada Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, 10 Agustus 2007. Dicoba di Selokan Mataram Yogyakarta bersama Dirjen Energi dan Sumber Daya Mineral, P3TKEBT (Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan) Jakarta, 2007 – 2008. Juga bersama FT. UGM, dua buah akan dipasang di Manado, memanfaatkan air buangan dari PLN Tanggari 2.

Awal 2008 dipasang di Kabupaten Sekadau, pesanan Bapak Bupati Sekadau Kalimantan Barat. Mulanya dipasang di Sungai Kapuas dan berhasil sebagai PLTA Terapung Pertama di Dunia, tanpa harus membendung sungai.

Pertengahan 2008 dipindah ke Desa Kebiuk, Kecamatan Nangataman, Kab. Sekadau, arus deras. Karena banyak sekali desa yang belum kemasukan listrik oleh PLN. Ini baru percontohan. Mudah-mudahan nantinya akan dipasang ribuan buah di sepanjang sungai di seluruh Indonesia.

Kelebihannya:

  1. Termasuk Teknologi Tepat Guna atau Teknologi Pedesaan karena dapat dibuat oleh bengkel di pinggir jalan. Di atas ponton atau rakit buatan rakyat setempat, mudah dipindah, dapat menyesuaikan tinggi permukaan air sungai. Tanpa harus membendung sungai.

  2. Dapat dipasang di tiap desa, tanpa jaringan listrik terpadu, penghematan yang sangat besar. Energi listrik dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan karena dalam jarak beberapa meter, arus sungai sudah normal kembali.

  3. Tidak ada air, dapat diputar angin dengan poros vertikal. Tanpa sudu pengarah angin. Bertingkat-tingakt tidak terbatas. Tiap tingkat dapat diberi lantai, atas diberi atap supaya awet. Semua peralatan mesin dan listrik berada di tanah sehingga pemasangan, perawatan mudah. Dicoba di Pantai Siung Gunung Kidul, Yogyakarta tahun 2006.

  4. Dapat juga diputar arus air laut dengan poros vertikal.

  5. Dapat juga diputar arus air dan angin. Yang tenggelam diputar arus air (sungai, laut) dan yang timbul diputar angin. Kalau dipasang si atas ponton, namanya menjadi: “Kincir Ismun Goyang Ngebor”. Barangkali, karena baru diujicoba skala kecil.


Terpasang di saluran Irgasi Selokan Mataram Yogyakarta, awal 2008. Tenaga listrik keluar 5.000 Watt/unit kincir. Dalam jarak beberapa meter dapat dipasang lagi ratusan bahkan ribuan buah kincir. Bebas BBM, babas polusi (Green Energy). Tanpa merubah fungsi sebagai saluran irigasi. Buatan bengkel setempat. Paten No. ID 0 007 984.


PLTA Terapung Pertama di Dunia, terpasang di Sungai Kapuas, Kabupaten Sekadau, Maret 2008

Agustus 2008, dipindah ke Desa Kebiuk, Nangataman, Kab. Sekadau, arus deras dan banyak desanya yang belum berlistrik. Jaringan listrik PLN belum masuk. Memanfaatkan arus air deras yang dianggap mubazir.

Kincir Ismun, Pembangkit Listrik Tenaga Angin, dua tingkat, terpasang di Pantai Siung, Kecamatan Tepus, Gunung Kidul Yogyakarta, 2006. Angin Pantai Selatan. Menghentikan kincir cukup memasang terpal pada sisi angin berhembus. Bertingkat-tingkat tidak terbatas, atas dapat dipasang atap. Generator, peralatan listrik, permesinan (transmisi) berada di tanah. Perawatan gampang, lesehan sambil minum wedang ronde.


11 komentar:

  1. wah, seharusnya dari kemarin ini, akhir nya ketemu juga foto2 hasil inovasi bapak, terima kasih :)

    BalasHapus
  2. Luar biasa pak! Maju terus...

    BalasHapus
  3. Terimakasih Pak Redo atas perhatiannya cukup besar. Mudah2 an bisa temu darat dan kerjasama membumikan PLTA tersebut.

    BalasHapus
  4. pak saya tertarik dengan penemuan bapak bagaimana caranya saya bisa berkomunikasi langsung? apakah saya boleh tahu alamat atau nomor telp bapak yang bisa saya hubungi, atau bapak bisa menghubungi saya di 081314833585/02184973174

    BalasHapus
  5. semoga kincir temuan bapak dapat di produksi masal, untuk mengatasi krisis listrik di kalbar

    BalasHapus
  6. Met malem Pak Ismun...

    Saya wong jogja, dulu kuliah di seberang timur Jakal, Fisipol 95. Kalau teknik kan seberang barat sampai Code qe3 Kini merantau di Ibukota jadi kuli tinta, disket, laptop dan juga kuli nokia communicator qe3. Sy wartawan majalah Energi, banyak mengupas soal listrik.

    November besok, semoga bisa sempat pulang nengok orang tua di Jogja dan besar harapan saya bisa ngobrol dengan Bapak di Sidoarum, jl Cerme no 9... masih krasan kan Pak? he3

    Terus terang saya bangga dengan Bapak yang terus bersemangat serta menebar spirit inovasi di kalangan mahasiswa Bapak ataupun komunitas mahasiswa Kalimantan di Jogja. Bravo!!! ;)

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. bangga gue di ketapang, anak ketapang lagi, keren... maju terus, cuma selaen penemuan kita harus dapat dukungan dari pemda agar ketapang ngak kekurangan suply listrik lagi

    BalasHapus
  9. Pak Ismun, saya ingin sekali mempelajari tentang kincir Ismun sebagai pembangkit listrik. Di mana saya bisa berkoresponden dengan Bapak?

    BalasHapus
  10. Pak Ismun, saya terlambat tahu ttg karya bapak. Selamat ya Pak. Mudah-mudahan karya bapak menjadi solusi utk krisis listrik khususnya di daerah-daerah Indonesia.h

    BalasHapus